Selasa, 29 April 2014

Mahasiswa STKIP Jakarta tewas karena masalah sepele




Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Daddy Hartadi mengungkapkan para pelaku mengaku ditegur oleh taruna semester IV yang menyebut bahwa korban tidak respek dan tidak kompak.

"Selanjutnya para korban dipanggil ke tempat kos pelaku Angga. Dimana rumah kos tersebut kerap dipakai para pelaku berkumpul," jelas Daddy di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu (26/4).

Daddy mengatakan rumah kos tersebut mempunyai 2 lantai dimana pelaku Angga menyewa di lantai bagian atas. "Lantai bawah itu dihuni pemilik kos. Di lantai 2 disewa pelaku Angga," tuturnya.

Di lantai 2 sendiri, lanjut Daddy, terdapat tiga ruangan. "Ada kamar mandi, ruang tengah dan satu ruangan yang lumayan besar. Kasur ditaruh di ruang tengah," jelas Daddy.

Daddy melanjutkan, awalnya para pelaku meminta 14 taruna tingkat 1 termasuk Dimas untuk datang ke rumah kos tersebut. "Tapi yang datang cuma 7 orang termasuk Dimas. Dimas sendiri datengnya paling terakhir. Makanya dia masih memakai seragam," ucap Daddy.

Awalnya, para pelaku menceramahi korban. Kemudian secara bergiliran ketujuh korban diminta memasuki satu ruangan yang cukup besar yang ada di rumah kos tersebut.

"Di ruangan itu korban dipukuli di perut, dada dan ulu hati.terus juga ditendang di perut, kakinya sama digampari pipinya," ungkap Daddy.

Namun, sambung Daddy, korban Dimas yang saat itu dipukuli oleh pelaku Angga, Fachry, dan Adnan sudah mengerang kesakitan. "Tapi oleh tersangka Fach dan And tetap dipukuli, ditendang juga digampar sampai jatuh," jelas Daddy.

Tak kuat menerima penyiksaan, tubuh Dimas pun lunglai hingga tak sadarkan diri. Panik, para pelaku pun memberikan minyak angin di bagian lubang hidung Dimas agar siuman.

"Wajah korban juga diciprat-cipratkan air dengan memakai gayung plastik namun korban tetap tak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia," tandasnya.

0 komentar:

Posting Komentar